
Vogue Tampilkan AI Sebagai Model di Iklan Majalahnya
Kemunculan model hasil kecerdasan buatan (AI) dalam industri mode kembali menjadi sorotan setelah majalah mode ternama, Vogue, menampilkan iklan dari brand Guess yang menggunakan model AI di edisi cetak Juli. Meskipun hanya muncul sebagai bagian dari iklan, bukan editorial utama, kehadiran model digital tersebut tetap memicu perdebatan luas, karena muncul di media yang selama ini dianggap sebagai standar tertinggi dalam dunia mode global.
Fenomena ini bukan yang pertama. Sebelumnya, merek seperti Levi’s sudah lebih dahulu bekerja sama dengan studio AI seperti Lalaland.ai untuk menciptakan representasi model digital “beragam” dalam upaya yang diklaim sebagai langkah menuju inklusivitas. Namun, bagi banyak pihak, langkah tersebut justru memunculkan kekhawatiran baru.
Penggunaan Model AI Vogue

Penggunaan model AI menjadi menarik bagi banyak merek karena efisiensinya. Biaya untuk pemotretan model nyata bisa sangat tinggi, terutama dalam kebutuhan iklan e-commerce yang memerlukan gambar produk dalam jumlah besar.
Dengan teknologi AI saat ini, brand bisa:
- Melakukan sesi “pemotretan” tanpa perlu menghadirkan model secara fisik
- Menghasilkan visual yang menyerupai editorial majalah dalam hitungan menit
- Menyesuaikan pakaian pada avatar digital dengan akurasi tinggi
- Menghasilkan ratusan hingga ribuan konten visual dalam waktu singkat
Hal ini menjawab tantangan era digital, di mana platform seperti media sosial menuntut konten dalam skala besar. Dibandingkan masa lalu yang hanya membutuhkan 4 kampanye besar per tahun, kini brand bisa membutuhkan hingga 400.000 konten visual per tahun.
Implikasi bagi Model dan Pekerja Kreatif
Meskipun efisien dari sisi biaya dan waktu, keberadaan model AI menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi para model manusia, fotografer, stylist, hingga desainer latar. Terutama bagi model e-commerce, yang selama ini menjadi ladang penghasilan utama, bukan ketenaran.
Model seperti Sarah Murray menilai bahwa AI bisa menjadi standar kecantikan baru yang tak bisa ditandingi manusia. Selain itu, penggunaan wajah digital yang dianggap “beragam” oleh merek justru mengabaikan keberadaan model nyata yang mewakili keberagaman tersebut.
Sinead Bovell, pendiri organisasi WAYE, menyebut praktik ini sebagai “robot cultural appropriation”, situasi di mana identitas digital yang mewakili keragaman etnis dibuat tanpa keterlibatan komunitas aslinya. Kekhawatiran lain muncul terkait kontrak model, di mana muncul pasal-pasal baru yang memungkinkan brand menggunakan wajah atau ciri model sebagai bahan pelatihan AI, tanpa kompensasi yang adil.
Solusi yang Ditawarkan Vogue
Beberapa pihak menyarankan agar model mulai memanfaatkan teknologi alih-alih memusuhinya. Salah satunya adalah membangun personal branding yang kuat melalui media sosial, podcast, atau endorsement, demi membedakan diri dari model digital. AI, secerdas apa pun, tidak bisa meniru cerita hidup manusia.
Selain itu, ada juga inisiatif untuk mengatur penggunaan wajah digital lewat undang-undang. Sara Ziff dari Model Alliance mendorong disahkannya Fashion Workers Act, yang akan mengharuskan brand untuk mendapatkan izin eksplisit dari model sebelum menggunakan replika digital mereka.
Dari sisi teknologi, studio seperti Artcare mencoba menjembatani kualitas dan etika. Mereka menciptakan avatar AI yang lebih realistis dan beragam dengan proses yang rumit dan penuh ketelitian. CEO-nya, Sandrine Decorde, menyebut pendekatan ini sebagai “AI craftsmanship”, upaya menghadirkan sentuhan manusia dalam teknologi.
Peran AI dalam Fashion Anak Vogue
Artcare juga menjadi pionir dalam penggunaan model AI anak-anak. Dunia fashion anak selama ini menghadapi isu eksploitasi dan perlindungan hukum yang lemah terhadap pekerja di bawah umur. Dengan AI, permintaan pasar bisa dipenuhi tanpa melibatkan anak sungguhan.
Namun, tantangan tetap ada, terutama dari sisi visual. Banyak model AI dinilai terlalu seragam, mulai dari bentuk wajah, simetri bibir, dan garis rahang yang identik, yang mengurangi kekuatan ekspresi unik seorang model. Beberapa studio kini mencoba melatih AI agar menghasilkan wajah dengan karakter berbeda dan tampak lebih manusiawi.
Kesimpulan
Penggunaan model AI dalam industri mode sedang memasuki fase eksplorasi aktif. Di satu sisi, ia menawarkan efisiensi biaya dan fleksibilitas produksi. Di sisi lain, muncul pertanyaan serius mengenai dampaknya terhadap lapangan kerja, keberagaman yang otentik, dan etika dalam penggunaan identitas digital.
Merek dan pelaku industri kini ditantang untuk menyeimbangkan efisiensi teknologi dengan nilai kemanusiaan. Sebab, dalam dunia yang makin didominasi oleh citra buatan, cerita manusia yang nyata masih tetap memiliki tempat tersendiri, dan mungkin justru menjadi daya tarik yang paling kuat di masa depan.
Ingin tahu update seputar tren digital lainnya? Temukan inspirasi teknologi harian di Instagram @Wesclic dan lihat bagaimana inovasi mendorong industri bergerak lebih maju.
Bila tertarik menerapkan solusi digital serupa, Webklik juga menyediakan layanan pembuatan website profesional yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis atau instansi Anda. Hubungi langsung kami di WhatsApp untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi layanan.
Read More
iPhone 17 dan iPhone Air Siap Diluncurkan September 2025
Revalita 13/08/2025 0Apple diperkirakan akan menggelar acara tahunan peluncuran perangkat keras pada 9 September mendatang. Seperti tradisi sebelumnya, fokus utama ada pada peluncuran seri iPhone terbaru, yaitu…
Tesla Alihkan Fokus dari Dojo ke Chip AI Baru
Revalita 13/08/2025 0Tesla resmi menghentikan pengembangan Dojo, superkomputer AI yang selama ini digadang-gadang sebagai kunci untuk mewujudkan…
OpenArt Hadirkan Fitur “One-Click Story” untuk Video AI
Revalita 13/08/2025 0Fenomena video “brain rot”, sebuah klip berdurasi singkat dengan karakter unik seperti hiu memakai sepatu…
SpaceX Bangun Pipa Air Baru untuk Kota Starbase
Revalita 13/08/2025 0SpaceX sedang membangun infrastruktur baru di Starbase, Texas. Namun, bukan landasan peluncuran atau roket, melainkan…
Hubble Network Siapkan Satelit baru MuSat XL
Revalita 13/08/2025 0Hubble Network, startup berbasis di Seattle, sedang mempersiapkan peningkatan besar pada jaringan Bluetooth bertenaga satelit…
Categories
- Business (158)
- Company Profile (3)
- Developer Connect (126)
- HR and L&D (23)
- Human Reasearch and Development (15)
- Landing Page (2)
- Marketing (31)
- Media Relations (72)
- News (51)
- Public Relations (48)
- Story (8)
- Technology (548)
- Tips and Trick (74)
- Toko Online (2)
- Uncategorized (37)
- Video & Tips (13)
- Wesclic (66)
Popular Tags